24/01/09

Maryamah Karpov


Apa yang diharapkan oleh pemirsa film Laskar Pelangi ketika tahu bahwa buku tetralogi Laskar Pelangi terbit? Barangkali itulah strategi pemasaran dari buku tersebut, Maryamah Karpov. Berangkat dari film sukses Laskar Pelangi, maka launching buku terakhir tetralogi itupun istimewa. Dikabarkan, sold out di minggu pertama cetakan pertama.

Itulah fenomea lanjutan Andrea, sosok utama yang berada di balik buku tetralogi tersebut. Laskar Pelangi (LP), Sang Pemimpi (SP), Edensor (ED) dan Maryamah Karpov (MK).

Maryamah Karpov, dimana buku ini dalam forum-forum diskusi sastra Andrea selalu mendengungkan didekasikan untuk perempuan melayu menurut saya akhirnya tidak mencapai tujuannya. Apa yang menjadi fokus tetap sisi Andrea, dan sangat sedikit sisi menyinggung tentang perempuan melayu.

Sang judul buku sendiri, hanya terbahas kurang dari satu halaman sebagai Maryamah, penjaga warung tempat ramai orang bernain catur gaya Karpov. Ada juga bahasan perempuan melayu oleh sosok Narmi, remaja putri yang elok bermain biola dua kali seminggu di warung kopi.

Lalu jika yang dimaksud untuk perempuan itu adalah segala daya upaya Ikal mencari A Ling, maka tiada bukan itu dalam roman cinta. Bukan khusus sebuah tribute untuk perempuan melayu.

Jalinan cerita Maryamah Karpov mengalir khas Andrea, dengan beberapa gaya bahasa khas melayu pedalaman. Tentu ini sangat bagus melestarikan khasanah bahasa melayu sebagai bahasa induk dari bahasa indoensia. Sebuah upaya untuk mengenalkan dialog-dialog melayu ke masyarakat non-melayu. Sebuah bentuk aktivitas budaya positif di tengah jawa-centris akut yang melanda negeri kita.

Mozaik bermula dari romantisme keluarga yang sangat memegang petuah bijak orang-orang tua, dengan cara ”dibungkus tilam di atas nampan pualam”. Romantisme sosok ayah dan meloncat ke kisah-kisah akhir penyelesaian tesis Ikal di Eropa. Dan pada bagian sidang tesis master itu buat saya adalah bagian yang paling inspiratif, dan momensial. Tidak mudah mendapatkan beasiswa Eropa, dan yang lebih sulit lagi karena saya pernah diberi sebuah buku tentang bahasan split pricing di jasa telekomunikasi.

Selanjutnya, kisah perjalan pulang ke indonesia hingga sampai di Belitong dan berjumpa dengan kawan-kawan lama. Saat setting berpindah penuh ke Belitong inilah bagian terbesar dari novel ini. Tentang kultur masyarakat melayu pedalaman Belitong yang terbagi dalam beberapa suku bangsa, hingga akhirnya kisah heroik usaha pamungkas untuk menemukan A Ling.

Pada titik menemukan A Ling, adalah rangkaian cerita yang sangat sukar di percaya. Maaf, dari awal pun LP, SP, dan ED bukan murni kisah nyata namun hal-hal disana meski banyak kritik tetap menarik dinikmati tetap dengan kepala rasional.

Sedangkan MK, menurut saya tidak lebih baik dalam membungkus ’segala ketidakmungkinan’ dalam jalinan cerita. Singkatnya, mana yang benar dan mana yang merupakan bumbu cerita. Pembaca sebenarnya tidak perlu jauh mencari tahu apakah ini atau benar. Tapi dengan frame di awal bahwa tetralogi Laskar Pelangi ini seperti perjalanan hidup Andrea sendiri akan dihantui pertanyaan ”apakah ini benar seperti itu?”.

Di bagian awal segalanya terlihat wajar, cerita tentang keluarga, masyarakat, eropa dan Belitong. Setelah sampai pada upaya mencari A Ling, segalanya terkesan masuk dalam ranah ’abu-abu’. Usaha keras membuat kapal, menaikan kapal lanun tua yang karam ratusan tahun di dasar sungai, lalu ahirnya berlayar ke pulau Batuan. Pada bagian-bagian tersebut saya hanya menikmati jalannya cerita, tak bersusah payah berpikir mana bagian yang masuk akal atau kreasi sastra.

Maryamah Karpov juga mempertemukan kembali semua angota Laskar Pelangi Bu Muslimah. Lintang sang jenius menjadi saudagar kopra, dan Mahar benar-benar sangat berhasrat menjadi dukun sakti. Diantara nostalgia laskar pelangi itu, saya menemukan sebuah keanehan. Mungkin salah ketik atau kekurangcermatan Andrea (editor), yaitu saat sepuluh anggota laskar pelangi melihat ukiran tinggi badan masing-masing, dari kelas dua SMP ke tiga SMP ada beberapa tinggi anak yang berkurang. Apakah itu mungkin?

Seperti pada buku-buku sebelumnya, primadona untuk menyajikan rupa-rupa perasaan antara sedih, haru, lucu dan ironi disajikan dalam MK ini. Sampai pada ujung cerita, kisah kelam Ikal tidak mendapat persetujuan bapaknya untuk meminang A Ling, perempuan yang diselamatkannya dengan susah payah dari seberang Singapura.

Akhirnya, anda sendiri lah yang harus membaca untuk menuntaskan tetralogi. Ya..buku ini memang harus dibaca oleh orang yang sudah membaca trilogi laskar pelangi sebelumnya. Tentu menjadi semacam buku wajib jika penonton loyal film laskar pelangi. Buat yang murni ingin menikmati jalinan cerita, kisah sastra di dalamnya, maka gaya Andrea menceritakan liku-liku kultur masyarakat pun patut di acungi jempol. Dan sekali lagi, jangan teralu banyak menggunakan logika realisme karena justru akan mengurangi cita rasa bacaan anda.

Selamat membaca.

Comments :

1

Segera daftarkan BLOG kamu di http://aruhblogger.com di Register Peserta.

Salam Blogger

Soulharmony
085251534313 / 081952954056 / 7718393

Anonim mengatakan...
on 

Posting Komentar

Silahkan berkomentar..